MEGATRUH SOUNDSYSTEM is a music project by Ari Hamzah and Kiki Pea. Based in Yogyakarta – Indonesia.
The name MEGATRUH has multiple interpretations. Derived from Javanese philosophy, MEGATRUH is a macapat song form (traditional Javanese poetry) that describes the state of humans at the moment of death. The word MEGATRUH comes from megat/pegat (separated) and ruh (soul), signifying the separation of soul and body.
The sound of the name evokes comparisons to American thrash metal giants Megadeth. MEGA translates to “big” or “great,” while TRUH can mean “truth.” MEGATRUH, therefore, represents the Great Truth, the ultimate reality of death, or the MEGAT-RUH state itself.
Traditionally, macapat Megatruh songs convey feelings of regret, concern, and sadness. While Megatruh Soundsystem doesn’t perform classical Javanese songs, their lyrics often explore themes of crime, tragic death, massacres, and gangster life.
Musically, MEGATRUH SOUNDSYSTEM draws inspiration from Jamaican music – reggae, ska, and dub – to create a unique sonic landscape for their socially conscious lyrics. In June 2024, they embarked on a week-long independent tour of Jakarta, Tangerang, and Bekasi. In addition to numerous gigs in and around Yogyakarta, they have also performed at major Indonesian music festivals like Kustomfest, Synchronize Festival, and Prambanan Jazz Festival.
*******
MEGATRUH SOUNDSYSTEM adalah proyek musik dari Ari Hamzah dan Kiki Pea, yang berbasis di Yogyakarta, Indonesia.
Nama MEGATRUH memiliki banyak interpretasi. Diambil dari filosofi Jawa, MEGATRUH adalah salah satu bentuk tembang macapat (puisi tradisional Jawa) yang menggambarkan keadaan manusia di saat-saat menjelang kematian. Kata *MEGATRUH* berasal dari “megat/pegat” (berpisah) dan “ruh” (jiwa), yang berarti perpisahan antara jiwa dan raga.
Bunyi nama ini juga mengingatkan pada band thrash metal Amerika, Megadeth. MEGA dapat diartikan sebagai “besar” atau “agung”, sementara TRUH bisa diartikan sebagai “kebenaran”. Maka, MEGATRUH juga bisa dimaknai sebagai “Kebenaran Besar”, realitas akhir dari kematian itu sendiri, atau keadaan MEGAT-RUH.
Secara tradisional, tembang Megatruh menyampaikan rasa penyesalan, kegelisahan, dan kesedihan. Meski Megatruh Soundsystem tidak menyanyikan lagu-lagu klasik Jawa, lirik mereka sering mengangkat tema-tema seperti kejahatan, kematian tragis, pembantaian, dan kehidupan geng jalanan.
Secara musikal, MEGATRUH SOUNDSYSTEM banyak terinspirasi oleh musik Jamaika – reggae, ska, dan dub – untuk membentuk lanskap suara yang khas dan menyampaikan lirik yang sarat pesan sosial. Pada Juni 2024, mereka melakukan tur independen selama seminggu ke Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Selain tampil di berbagai panggung di Yogyakarta dan sekitarnya, mereka juga pernah manggung di beberapa festival musik besar Indonesia seperti Kustomfest, Synchronize Festival, dan Prambanan Jazz Festival.