TRIBUNJOGJA.COM – Ssebelumnya, bisnis Factory Outlet (FO) sangatlah pesat, namun kemudian bisnis tersebut mulai menurun. Tak lama muncul tempat baru berburu pakaian yang dikenal dengan istilah Clothing Company dan Distro. Meski tidak seluas FO, namun usaha tersebut memiliki omzet yang luar biasa.
Clothing company (CC) ialah usaha clothing yang memiliki tempat dan rumah produksi sendiri, sedangkan distribution store (distro) lebih untuk menampung produk clothing lokal maupun impor dikenal dengan sapaan distro. Kesamaannya, kedua usaha menjual pakaian dan aksesori untuk memenuhi gaya hidup remaja.
Di CC dan distro memang tidak menyandang merek ternama yang banyak dijumpai di pasaran. Semua barang didesain dan diproduksi sendiri dengan merek sendiri.
Usaha yang rata-rata dikelola anak muda ini memang ditujukan untuk pasar remaja. Begitu juga Frogstone, sebuah clothing yang dikelola oleh Ari Dwi Hamzah, dan Deni Aditya. Sejak eksistensinya hingga kini Frogstone menjadi salah satu clothing yang banyak diminati, dan bisa dikatakan sudah memiliki pasarnya sendiri.
Awalnya Ari mendirikan Frogstone bersama temannya yang bernama Dedi pada 2004 lalu. Saat itu dunia clothing memang sedang marak di Jogja. Nama Frogstone sendiri terinspirasi dari suara kodok yang terdengar dari sawah. Kebetulan saat itu keduanya merupakan penggemar Silverchair, band grunge asal Australia yang memiliki album pertama berjudul Frogstomp.
“itu kebetulan saja kok, gak ada maksud untuk menyamakan,” ujar Ari santai.
Namun dua tahun kemudian, Dedi memilih untuk lebih fokus di dunia periklanan. Hingga pada 2007 Deni bergabung dengan Ari membangun usahanya tersebut. Karena kesibukannya, Ari tidak sanggup menangani sendirian, pemuda kelahiran Purworejo 1986 itu pun kemudian bertindak menangani operasional harian.
Deni menjelaskan bahwa kemudian produk Frogstone mulai ditopang oleh desainer desainer handal, dan pasar mereka pun kemudian terbentuk. Frogstone memiliki pelanggan tetap, dan kolektor yang senantiasa menantikan produk-produk terbaru.
Desain yang simpel dan dominan bermain dengan font dan logo ialah salah satu sebab Frogstone disukai pelanggannya. Namun menurut Ari, saat itu mereka masih mengalami pasang surut, “Sebulan promosi, tiga bulan libur..hahaha,” ujar mantan drummer Endank Soekamti tersebut.
Hal tersebut menurutnya karena memang mereka belum fokus untuk berwirausaha di bidang ini, kedua pemuda ini menganggap usaha clothing adalah sebuah side job, atau kerja sampingan. Saat itu Frogstone juga masih menggunakan sistem konsinyasi, yakni menitipkan produk dengan sistem bagi hasil. Namun sejak 2010 mereka tidak lagi menggunakan sistem penjualan tersebut.
Fasilitas internet pun kemudian dimanfaatkan untuk menunjang bisnis clothing mereka. Sejak saat itu ternyata perkembangannya cukup bagus, hingga 2014 mereka memutuskan untuk membuka toko sendiri, atau distro.
Mulai Agustus 2016 ini Frogstone menempati tempat baru yang digunakan sebagai toko, gudang, dan kantor. Pembukaan tempat baru yang beralamat di Jalan Kenari 6A, Demangan, Yogyakarta tersebut pun dirayakan dengan sederhana, bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Rabu, (17/8) kemarin.
Menurut Ari di toko baru ini Frogstone tidak hanya menawarkan produk biasanya seperti; t-shirt, sepatu, jaket, celana dan sebagainya, tapi juga menawarkan merchandise dan rilisan fisik dari band-band local. Sebut saja Koil, NTRL, Dead Squad, Seringai, dan sebagainya. Pria yang berdomisili di Solo ini menjelaskan bahwa tidak ada syarat khusus bagi band yang ingin menitipkan rilisan mereka di Frogstone. “Pada dasarnya kami akan support band-band local, apapun genrenya,” ucapnya.
Selain itu di gerai barunya ini Frogstone juga men-display SMDC (South Mountain Drum Craft) drum kustom produksi Gunung Kidul. Label lain juga tersedia di Frogstone Store, seperti, Stripes, dan Day Break.
Diakui oleh Ari hingga saat ini penjualan lebih banyak lewat online, sedangkan membuka toko adalah kebutuhan untuk display. Saat belum punya toko, banyak pelanggan yang main ke gudang Frogstone.
“Setelah berinteraksi dan sering bertemu langsung dengan pelanggan, makin ke sini jadi makin serius jadi toko,” ujar drummer yang berencana merilis album solo ini.
Tentang Pembajakan
Ari berujar bahwa meski telah memiliki banyak pelanggan yang loyal, namun produksi meski tetap berimbang dengan permintaan.
“Memang produksi yang banyak terkadang jadi godaan bisnis clothing, tapi justru seringkali malah masuk jurang. Harus lihat kemampuan juga, kami gak pernah memaksakan,” kata pria yang pernah mengecap kuliah di jurusan Akuntansi ini.
Menurutnya ada istilah ‘semakin banyak produksi, semakin laku’ justru menjebak. “Seringkali pengusaha bisnis ini melakukan produksi banyak, padahal permintaan sedikit,” ucap Ari.
Karenanya bersama Frogstone ia lebih memilih untuk lebih memperbanyak ragam desain dan model, bukan perbanyak produksi secara kuantitas. Banyaknya pengguna label Frogstone membuat label ini terkena pembajakan. Menanggapi hal tersebut, Ari menganggapnya sebagai sebuah dilema.
“Sebenarnya ingin menghentikan pembajakan, tapi pabrik mereka (pembajak,red) justru lebih besar dari kami. Meski Frogstone sudah berbadan hukum, namun pembajakan di negeri ini sulit sekali dilawan,” ujarnya.
Untuk menghadapi gencarnya pembajakan, kata Ari, yang dilakukan adalah dengan mengedukasi konsumen. Yakni dengan menanamkan kebanggaan menggunakan produk asli yang pastinya jauh lebih berkualitas. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Hengkang dari Endank Soekamti, Ari Hamzah Kini Fokus Geluti Bisnis Clothing, http://jogja.tribunnews.com/2016/08/25/hengkang-dari-endank-soekamti-ari-hamzah-kini-fokus-geluti-bisnis-clothing?page=3.
Penulis: rap
Editor: ton